Sabtu, 19 April 2008

Prahara

Aku BaNGgA Aku CintA

Rasa bangga adalah implementasi dari rasa cinta, apa jadinya sebuah cinta jika tidak disertai dengan rasa bangga.(Majalah Jasa Raharja)

Jika kita jujur pada diri sendiri tentu akan mengamini statemen yang saya tuliskan di atas. Betapa tidak, karena dengan sendirirnya rasa bangga tersebut datang ketika cinta telah memenuhi tempurung otak dan hati kita. Kita berkata mencintai seseorang, maka kita juga akan melihat seseorang tersebut dengan penuh kebanggaan, jalannya, perkataannya, tingkah lakunya dan lain-lain, All About She or He. Contoh lain, jika kita mendengarkan seorang istri membicarakan suaminya, tentu akan hal-hal yang mengagungkannya. Tak pernah berbicara yang melecehkan, jikapun ada tentu yang disalahakan bukan makna cinta yang mereka rasa, akan tetapi kadar kecintaannya yang dipertanyakan. Ya, gak?

Contoh di atas adalah sebuah kajian kecil tentang kasih cinta dari seseorang untuk someone sepesialnya. Dan untuk rasa cinta yang lain, yaitu apabila kita akan memasuki Istana Presiden yang ada di Jakarta, pada pintu gerbangnya kita akan melihat sebuah manusia patung, berdiri mematung seolah tak bernyawa, bagaikan robot yang sudah diprogram untuk tetap berdiri, tek mengenal pegal, panas, angin atau hujan. Mereka mematung demi profesinya itu. Jika ditelaah secara jeli, kenapa mereka sampai merelakan dirinya untuk terus berdiri seolah tak bernafas itu, tidak lain adalah rasa cinta dan bangga yang mereka miliki terhadap pekerjaannya. Bagi mereka menjadi seorang manusia patung adalah anugerah yang tak mungkin bisa didapat oleh sembarang orang.

Semoga, setelah membaca tulisan ini kita akan menamkan rasa cinta kita yang disertai dengan rasa bangga. Karena apa jadinya cinta jika tidak disertai dengan rasa bangga?”


SiGMA, 080408_00.00 Malem Mingguan.


Tidak ada komentar: