Kamis, 05 Februari 2009

Pedidik dan Pendidikan

Tentang Pendidikan dan Kurun Waktu

Jika kita pernah Nyantri atau menimba ilmu di pondok pesantren mungkin tidak asing lagi dengan judul di atas. Karena, Ta’limul Muta’alim ini merupakan nama sebuah kitab yang menjadi panduan wajib bagi para santri, terutama di pesantren-pesantren yang berkultur tradisional.
Kitab yang membahas tentang bimbingan bagi penuntut ilmu pegetahuan ini sudah banyak dialih-bahasakan ke dalam beberapa bahasa. Misalkan di Indonesia saja, selain diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sebelumnya juga pernah diterjemahka ke dalam bahasa jawa oleh Kyai Hammam Nashiruddin, Grabeg, Magelang. Hal ini menjadikan popularitas kitab yang dikarang ulama besar bernama Syaikh Az-Zarnujiy ini melambung tinggi.
Menurut Aliy As’ad, orang yang menerjemahkan kitab ini ke dalam bahasa Indonesia berpendapat bahwa hal ini wajar, karena kitab ini berisi tentang panduan atau petunjuk bagi penuntut ilmu. Sejak niatnya, sampai selama dalam masa belajar itu berlangsung.

SEKILAS TENTANG ILMU
Dalam pembahasannya, kitab ini, diawali dengan fasal yang membahas tentang pengertian ilmu. Jika ditelaah, maka jelaslah bahwa ketika kita akan memulai sesuatu ‘jika tidak ingin tersesat’ maka seharusnya mengetahui arti atau makna dari apa yang akan kita telusuri, termasuk ilmu di dalamnya. Sehingga kegiatan tersebut memilki modal untuk mengupas lebih jauh yang tentunya setelah mengetahui arti dan maknanya maka setidaknya akan mengetahui fungsinya.
Syaikh Az-Zarnujiy menafsirkan ilmu dengan “Sifat yang kalau dimiliki oleh seseorang maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya”. Selanjutnya, beliau juga menuliskan tentang pengertian fiqh yang dalam hal ini beliau mengambil pendapatnya Abu Hanifah bahwa fiqh adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berguna, dan berbahaya bagi diri seseorang.
Kemudian, tentang kemulyaan ilmu bahwa kemulyaan ilmu adalah karena hanya manusia yang diberi kewenangan untuk memilikinya. Seperti Adam yang dalam awal penciptaannya disjudi oleh malaikat sebagai tanda penghormatan karena memiliki ilmu. Karena ilmu juga manusia menjadi lebih mulya dari hewan dan yang akan membedakan derajat manusia dengan hewan adalah ilmu tersebut.
Akan tetapi, Syaikh Az-Zarnujiy menambahkan bahwa seseorang tidak akan memperoleh kesuksesan dalam mennuntut ilmu dan tidak pula bermanfaat ilmunya jika ketika tidak mau mengagungkan ilmu tersebut. Beliau juga menarik kesimpulan bahwa dlaam rangka mengagungka ilmu seorang pelajar juga harus mengagungkan orang yang ahli dalam ilmu (guru–Pen) termasuk keluarganya.
Krena itulah, Rasulullah saw. Bersabda yang artinya: “Menuntut ilmu itu hukmnya fardu bagi setiap Muslim, baik laiki-laki mapun permepuan”. Akan tetapi, kewajiban tersebut tidak semua ilmu wajib dipelajari oleh muslim. Sang pengarang memberi batasan ilmu yang wajib dipelajari yaitu “Ilmu Hal” yaitu ilmu tingkah laku atau keadaan, maksudnya pengetahuan-pengetahuan yang selalu diperlukkan dalam menjunjung kehidupan agamanya. Di sini pun pengarang memberi batasan tentang ilmu yang wajib dan yang haram untuk dipelajari. Misalkan, ilmu yang keperluannya hanya dalam waktu-waktu tertentu, hukumnya fardu kifayah. Dan, mempelajari ilmu perbintangan untuk meramalakan sakit, adalah haram. Tetapi jika ilmu perbintangan ini digunakan untuk mengetahui waktu shalat atau mengetahui arah kiblat maka hukumya boleh.
Jika boleh menyimpulkan, maka pada dasarnya semua ilmu boleh dipelajari tetapi akan menjadi haram jika dipergunakan buka untuk kepentingan ummat atau tidak bermanfaat.
Masih karena keutamaan ilmu, maka ketika kita akan melakukan belajar harus dimuali dengan niyat yang baik. Seperti sabda Nabi saw. : “Banyak amal perbuatan yang berbetuk amal dunia, lalu menjadi amal akhhirat sebab niyatnya bagus; dan banyak juga amal akhirat yang karena buruk niyatnya menjadi amal akhirat.” Selain itu karena niyat pulalah yang menjadi pokok dari setiap perkara.

TENTANG GURU, TEMAN, DAN KURUN WAKTU
Dalam kitab ini, seorang pelajar tidak boleh dipaksakan untuk menerima ilmu dari sembarangan orang. Karena ada kriteria-kriteria khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru. Korelasinya yaitu akan membuat seorang murid lebih bersemangat dalam menimba ilmunya dan lebih menyegani seorang guru.
Kriteria tersebut adalah: Alim, Waro’ dan lebih dalam usianya. Dalam penelasan ini pengarang membubuhlkan contoh Abu Hanifah yang berguru kepada tuan Hammad bin Abu Sualiman. Menurut abu Hanifah kenapa memilihnya sebagai guru karena “Beliau saya kenal sebagai orang tua yang berbudi luhur, berdada lebar serta penyabar.” Katanya lagi : “saya mengabdi di pagkuan tuan Hammad bin abu Sulaiman, dan ternyata saya pun makin berkembang.”
Selain kriteria tersebut yang harus kita pegang sebgai referensi untuk menjadikan seseorang menjadi guru, juga sebagai mahluk sosial yang membutuhkan orang lain, maka dalam mencari seorang guru kita harus melakukan musyawarah atau mempertanyakan kepada yang lebih tahu tenntang seseorang apakah layak untuk dijadikan seorang guru atau tidak. Selain untuk menetukan guru, bermusyawarah juga sebaiknya dilakukan dalam hal menentukan ilmu apa yang seharusnya kita pelajari.
Selanjutnya, teman. Sebagai pelajar, dalam kitab ini dijelaskan harus pintar memilih teman. Pepatah lama mengatakan, untuk mengetahui sifat seseorag, cukup dengan mengetahui dengan siapa ia berteman?. Oleh karena itu, pertemanan akan menetukan apa yang dilakukan. Walau tidak setiap orang akan terpengaruh dengan kebiasaan yang dilakukan oleh seorang teman, namun, untuk menghindari pengaruh yang mengarah kepada hal-hal negatif, maka kitab ini memberi batasan atau kriteria orang yang pantas dijadikan teman. Seperti; orang yang tekun, waro’, bertabiat jujur serta mudah memahami masalah.
Begitulah manusia. Sebagai mahluk zon politocon, di samping positif memiliki banyak teman, akan tetapi jika tidak bisa memilih dan memilah mana teman yang pantas dijadikan sebagai teman, dan yang tidak, akan berakibat pada masa depannya sendiri baik masa depan yang cemerlang atau suram.
Sebagai contoh, tidak sedikit orang yang terjerumus dalam dunia kelam hal itu disebabkan karena tidak pintar dalam mencari teman. Hal ini pun akan memengaruhi pada kekuatan jiwnaya dalam menaklukan waktu. Misalkan, waktu untuk bertahan sebagai perjaka atau perawan. Maka, dalam hal ini seorang pelajar harus sabar ketika sedang dalam meuntut ilmu. Karena kesabaranlah seorang pelajar akan berhasil dalam menuntut ilmu tersebut.
Selain karena sabar dan tabah dalam menahan kebutuhan biologis, seorang pelajar juga harus bersabar saat menimba ilmu pada seorang guru, sehingga seorag guru benar-benar sudah memberikan ilmunya kepada seorang pelajar. Maka. Hubungannya dengan pemilihan guru tersebut sangat penting dilakukan. Maka, inilah yang penulis maksudkan sebagai kurun waktu. Mampukah seorang pelajar menaklukan waktu tersebut?

SERIOUSLY AND CONTINUES
Selain yang telah penulis paparkan di atas, dalam merajut impian dengan menimba ilmu setinggi mungkin pun masih dibutuhkan keseriusan dan kontinuitas (terus-menerus). Seorang pelajar harus harus belajar degan bersungguh-sungguh guna meraih semua impian dalam hidupnya. Ya, mimpi. Karena, meminjam liriknya grup musik Nidji, “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia…” jika dalam mengarunginya kita tidak bersungguh-sungguh, niscaya mimpi itu hanya sebatas bunga tidur yang tak pernah menjadi kenyataan.
Dan, seorang pelajar itu harus memiliki mimpi atau cita-cita yang luhur. Cita-cita di sini maksudnya untuk berilmu setinggi mungkin. Manusia itu akan terbang dengan mimpinya sebagaimana burung terbang dengan sayapnya, begitulah kata pengarang kitab itu. Pengarang juga menambahkan syair Abuth-Thoyyib yang berbunyi: “Seberapa kadar ahli cita, si cit-cita kan didapati, seberapa kadar orang mulya, si kemulyaan kan ditemui.”
Tentang bersungguh-sungguh pula Allah memberi panduannya dalam QS. 29. (Al-Angkabut : 69) yang artinya: “Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridoan) Kami, niscaya akan Kami tunjukan mereka kepad jalan-jalan Kami”. Ada pula pendapat ulama yang mengatakan “Barang siapa mengetuk pintu berkali-kali, pasti dapat memasuki”.
Dalam kontinuitas, kitab ini memberi gmabaran bahwa seorang pelajaran harus mampu mengulangi pelajaran dengan sendirinya dikala berada pada waktu yang tidak dalam keadaan belajar dengan seorang gurunya. Yaitu, mengulang pelajaran diwaktu malam, dan akhir waktu malam. Karena waktu di antara maghrib dan isya juga di saat sahur membawa berkah.
Dengan demikian, dengan bersungguh-sungguh dan terus-menerus maka kesuksesan akan kita raih. Dan, dengan kesungguhan itu pula niscaya kita dapat melelehkan semua godaan dan cobaan yang akan menghadang kita ketika mencari ilmu.

INKONSISTENSI AZ-ZARNUJIY
Sub judul ini sebenarnya tidak layak saya (baca: penulis) masukan. Pasalnya, kapasitas keilmuan saya jauh tidak sepadan dengan apa yang akan saya bicarakan nanti. Karena bermaksud mengeritik tentang beberapa yang saya rasa ganjil dalam kitab yang dikarang Syakh Az-Zarnujiy tersebut. Namun, dengan melihat keindahan isi kitab itu yang memuat tentang musyawarah maka saya lakukan hal ini. Semoga ini adalah bagian dari musyawarah itu untuk melakukan perbaikan bagi kita dalam mengamalakan isi kitab tersebut.
Maka hal-hal yang akan saya musyawarahkan tersebut adalah sebagai berikut:
Di atas saya sudah menuliskan beberapa pembahasan dalam kitab ini, yaitu, kitab ini di awali dengan fasal yang membahas tentang pengertian ilmu, akan tetapi isi dari fasal tersebut tentang tulisan “Kewajiban belajar. Dan definisi ilmu terdapat di poin E akhir dari fasal ini. Menurut saya, seharusnya, tulisan ini di awali dengan definisi ilmu tersebut tujuannya agar lebih sistematis. Juga dalam definisi ilmu pun Syaikh Az-Zarnujiy hanya menuliskan “Sifat yang kalau dimiliki oleh seseorang maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya”. Tidak kemudian diberikan penjelasan lebih detail tentang pengertian tersebut atau diperkuat degan hadits, dan atau pendapat ulama lainnya.
Tentang memilih ilmu yang baik yang akan dijadikan bahan pelajaran bagi seorang murid. Berarti, mengenai ilmu ini diserahkan kepada seorang murid. Akan tetapi di pembahasan lain (tentang menghormati guru) beliau menjelaskan bahwa seorang murid harus menerima apa pun pelajaran yang akan diberikan oleh seorang guru kepadanya maka sang murid harus menerimanya. Jika diteliti, statemen awal tentang memilih ilmu, berarti semuanya diserahkan kepada Murid. Akantetapi dengan statemen ke dua pada pembahawan selanjutnya yang menyerahkan hak sepenuhya kepada seorang guru berarti telah menganomali statemen sebelumnya. Yang mana yang harus dilakukan? Lantas bisakah prinsip musyawarah dilakukan di sini (musyawarah tentang materi pelajaran dengan seorang guru). Maka, karena itu lah judul sub ini saya tuliskan “inkonsistensi Az-Zarnujiy”. *Tulisan ini tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Senin, 02 Februari 2009

Pilkada Tangsel

Golput Diprediksi Tinggi
>>KPUD Tak Punya Inisiatif Sosialisasi

SERPONG-Perhelatan pemungutan suara ulang (PSU) diprediksi, jumlahnya pemilihnya menurun dibanding pencoblosan pertama. Warga yang tak memilih alias golput, bakal tinggi. Sekjen Jaringan Pemilih Tangerang Selatan (JPTS) Ali Irfan mengatakan, ini terjadi karena KPUD Kota Tangsel tidak punya inisiatif dalam sosialisasi, saat terbentur dana.
"Kalau KPUD memang benar-benar serius, permasalahan dana tidak mesti menjadi alasan. Namun bagaimana bisa mencari dana dari luar misalnya dana talangan," tegasnya. KPUD Kota Tangsel, belum melakukan sosialisasi. Alasanya dana pencobolosan ulang Rp 12,9 miliar dari APBD Kota Tangsel baru bisa dicairkan pekan kemarin.
Ali Irfan mengungkapakan, salah satu indikasi keberhasilan penyelenggaraan Pemilukada yakni dengan turunnya angka golput. Dalam artian partisipasi warga dalam menyampaikan aspirasinya ke Pemilukada meningkat. "Maka kegagalan dalam pelaksanaan Pemiluhan ulang ini merupakan tanggung jawab KPUD," katanya.
Hal itu, lanjut Ali bisa ditekan dengan cara melakukan sosialisasi yang intens. Baik melalui media massa maupun spanduk. Karena dengan gencarnya sosialisasi, partisipasi warga akan semakin bertambah. "Sosialisasi itu bisa digunakan dengan berbagai cara, misalnya dengan akses internet. Kalau KPUD memang benar-benar serius maka itu bisa dilakukan," ungkapnya.
Namun, sambung Ali jika melihat pergerakan KPUD saat ini, belum terlihat geliatnya untuk melakukan sosialisasi pencoblosan ulang, padahal pelaksanaanya yang dijadwalkan 27 Februari, tinggal menghitung hari. "Seharusnya KPUD sudah melakukan sosialisasi dengan serius. Jika KPUD asal dalam sosialisasi maka kemungkinan penurunan tingkat partisipasi warga bisa dipastikan," ujarnya.
Maka, kata Ali kalau dalam pencoblosan ulang nanti, jumlah pemilih sedikit, yang paling bertanggungjawab adalah KPUD. Karena hal itu terlihat dari ketidakseriusannya dalam melakukan tahapan-tahapan Pemilukada, terutama dalam hal sosialisai.
Pada kesempatan itu, Ali mengaku kecewa dengan apa yang selama ini terjadi. Ketika KPUD tidak terlihat geliatnya, dan JPTS tergerak untuk melakukan sosialisai yang dengan memasang billboard yang berisi mengingatkan warga untuk menyuarakan aspirasinya pada pemungutan suara ulang, namun itu malah disobek orang. "Saya tidak menuduh sekelompok orang. Melainkan kecewa dengan keadaan yang terjadi," lanjutnya.
Dikatakan, dalam waktu dekat Ali akan melaporkan kelompok yang melakukan penyobekan terhadap spanduk yang dipasang JPTS, ke Panwaslu. "Dalam sosialisai itu, kita mengajak masyarakat untuk menyukseskan Pemilukada dan tidak sekali-kali memilih pasangan calon yang menggunakan politik uang," pungkasnya. (esa)

Minggu, 18 Januari 2009

NGe-Fans Bangets

suatu waktu aku sedang melakukan hal yang takmungkn aku lakukan untuk keseiankalinya dalam hal ini mungkin kita akan kembali bersama dengannya namun ternyata semuanya dengan segala hal yang tak terkendali dengan segala hal di manakah aku akan temukan segalanya dengan kerendahan hati aku akan kemmbali bersama dengannya. ya, Allah semoga apa yang aku temui kali ini adalah sebagAI.