Rabu, 19 Januari 2011

Politisi Perempuan

Kiprah Perempuan yang Terjun di Dunia Politik
>>Enggan Dibilang Ikut-ikutan, Ingin Buktikan Politik Tak Selamanya Kotor

Menceburkan diri dalam dunia politik yang penuh dengan intrik, bukan perkara mudah. Sebab untuk menjadi bagian dari elemen politikus membutuhkan banyak energi. Ya, bukan saja modal energi yang bersifat finansial, melainkan modal mental dan tekad kuat.

Endang Sahroni/ Tangerang Selatan

Hal itu merupakan sekelumit gagasan yang diungkapkan beberapa politisi perempuan di Tangsel yang ditemui Tangerang Ekspres pada hari Selasa (18/1) siang. Yang mana, beberapa politisi perempuan mengungkapkan, bahwa keberadaanya dalam dunia politik tersebut bukan saja karena geliat trend yang memasukkan 30 persen kuota dalam parlemen bagi perempuan.
Melainkan karena panggilan hati untuk melaju ke dalam gerakan pembangunan yang lebih praktis. Dari sekadar menjadi penonton. Sebab keberadaannya dalam kancah perpolitikan, bisa membuat kebijakan yang berpihak pada hal layak. Sesuai dengan misi utama keikutsertaannya dalam politik.
Siti Chadijah, Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Tangsel ini mengaku, keterlibatannya dalam kancah politik praktis karena greget hatinya yang menggerakan untuk melakukan perubahan. Melakukan perubahan dengan cara aktif dalam parlemen. Sebab, menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, walau tidak bergerak dalam parlemen, sebenarnya perempuan atau siapa pun itu sudah melakukan aktivitas politik.
Misalnya saja, seorang ibu dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya sering melakukan kerja politik. Misalnya, bagaimana agar seorang ibu mampu mengatur sistem keuangan keluarga dengan baik. "Saya memegang teguh prinsip individualis political, yaitu bahwa semua orang pada dasarnya melakukan aktivitas politik," ujar Chadijah.
Selain itu, keterlibatan Chadijah dalam dunia yang penuh intrik tersebut karena keinginannya untuk menepis kebekuan prinsip yang tertanam dalam kebanyakan perempuan Indonesia. Dalam hal ini kekolotan pemikiran tentang pragmen politik yang kotor. Politik yang penuh dengan tipu daya.
Maka dengan keterlibatannya, Chadijah ingin membuktikan bahwa yang selama ini menjadi paradigma warga kebanyakan tak melulu benar. Sebab semua hal tergantung pada siapa yang melakukannya. Termasuk dalamnya politik. Jika politik digeluti oleh orang baik, maka frame-nya akan menjadi baik pula. Begitu pun sebaliknya.
"Karena saya juga ingin membuktikan, bahwa keterlibatan perempuan dalam politik tidak saja karena kut-ikutan. Tetapi karena visi yang jelas untuk memperjuangkan nasib rakyat," ungkapnya.
Secara implisit Chadijah mengungkapkan, bahwa politik itu bukan melulu terjun dalam partai, atau duduk di bangku parlemen. Akan tetapi politik tersebut adalah bagaimana seseorang bisa menentukan pilhan yang terbaik untuk dirinya dan orang lain.
Maka dengan membingkai pemahaman politik dengan pemikiran itu, politk praktis tidak menjadi parameter keterlibatan seseorang dalam aktivitas politik. "Dan salah satu pilihan politik saya yakni dengan masuk menjadi pengurus partai yang saat ini membawa saya duduk di bangku Dewan," bebernya.
Dengan menjadi anggota Dewan, Chadijah bisa mengubah kebijakan Pemkot Tangsel atau memberikan usulan-usulan arah pembangunan yang pro rakyat. Ia menepis anggapan, bahwa berpolitik di dalam parlemen tujuannya untuk diri sendiri atau partai, tetapi perjuangan demi kepentingan umum.
Senada dikatakan politisi asal Partai Demokrat Agnes Hanarsi Haroen. Keterlibatannya dalam kancah politik bukan tanpa perjuangan, atau ikut-ikutan. Walau usianya masih tergolong muda, yakni 28 tahunan namun, sudah malang melintang dalam kancah politik sejak usianya menginjak 21 tahun.
Ini bukan kebetulan, melainkan karena niat dan tekad yang bulat untuk bisa mengabdikan diri demi memperjuangkan hak-hak warga. "Saya menjadi anggota Dewan karena saya dibesarkan dalam iklim politik. Kebetulan, sejak saya belia ayah saya selalu membawa saya untuk mengenal politik lebih dalam," tutur putri sulung salah satu pendiri Partai Demokrat Provinsi Banten ini.
Setelah masuk dalam sistem anggota DPRD, kata Agnes, tak fokus lagi membawa nama besar partai. Melainkan, bekerja bersama dengan anggota lainnya dari lain partai untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintah.
Serta satu hal yang membuat Agnes terus optimis dalam karir politiknya demi harapan menjadi politisi handal dalam skala nasional. Nampaknya memang terlalu muluk, namun tak ada salahnya jika itu dibarengi dengan kerja keras untuk menjadi yang terbaik. "Semua orang juga pasti ingin menjadi yang terbaik, bagi saya jika memang partai memercayai saya untuk terus berkiprah dalam politik disyukuri, namun jika tidak juga tak jadi persoalan," tukasnya.
Begitu juga dengan Nurhayati Yusuf, politisi asal Partai Kebangiktan Bangsa ini mengakui jika keterlibatannya dalam politik tak seperti pilihan perempuan kebanyakan. Karena konsekwensi dari pilihannya tersebut mesti melakukan banyak persiapan. Seperti dukungan keluarga. Karena dukungan keluarga merupakan indikator yang membuatnya menjadi berhasil. "Kalau tidak direstui keluarga mana mungkin saya bisa sampai seperti sekarang ini," terangnya.
Oleh karena itu, Nurhayati mengaku bahwa seberat apa pun tuntutan kerja menjadi politisi, keluarga tak bisa dinomorduakan. Tak bisa ditelantarkan. Karena tanpa keluarga semuanya akan menjadi hancur. "Sebelum kami memutuskan untuk terjun ke dalam duni politik kami sudah memiliki komitmen dengan keluarga, untuk saling percaya. Sehingga, apa pun yang menjadi kendala ke depannya kami pecahkan bersama," pungkasnya. (***)

Tidak ada komentar: